Menghargai orang lain, sebuah ungkapan yang terdengar simpel tapi banyak orang lalai mengamalkannya. Mungkin kita sering kesal dengan orang lain karena kita merasa tidak dihargai.
Bahkan, mungkin kita pernah marah karena orang lain tidak memperhatikan kita. Tapi pernahkah kita berfikir bahwa kita pun pernah bahkan sering tidak menghargai orang lain?
Kita terlalu mementingkan diri sendiri sehingga lupa memperhatikan orang lain disekitar kita.Terkadang kita sebagai manusia merasa kita yang paling benar, dan mungkin kita pernah meremehkan pendapat, atau saran dari orang, terutama dari orang yang kita anggap lebih rendah status sosialnya, atau seorang yang baru kita kenal (penulis mengucapkan maaf jika deskripsi tersebut ada di dalam diri penulis).
Kerap ketika kita menjadi seorang berada di garis depan(atau memaksa diri untuk berada di depan), yang suka mengayunkan tangan untuk menunjuk orang, sering muncul keangkuhan pribadi dalam menerima pendapat dan kritik, dan kita meremehkan anak buah, Ketika orang lain baik yang dikenal dekat maupun pura pura kenal mengalami sakit mengapa hal itu tidak dirasakan.
Sering juga kita mengabaikan hati nurani, dalam pengambilan keputusan,cara menyampaikn yang sangat “beretika”, sebenarnya perbedaan pendapat adalah suatu anugrah yang patut disukuri, karena dengan perbedaan pendapat kita bisa memiliki banyak pilihan keputusan, atau alternative penyelesaian masalah.
Saat persaingan sebagai penunjukan keeksistensian seseorang, terkadang sesorang dengan tak mau mengalah ingin pendapatnya dihargai, dan diakui sebagai ide miliknya.
Sering kita lihat dan karena perbedaan pendapat, orang berkelahi “PSIKIS” atau saling mendendam dan berniat untuk saling menjatuhkan.
Mungkin,aku,kamu,dia atau siapapun pernah merasakannya. Hal tersbut kurang lah bermanfaat, yang terjadi adalah suatu kerusakan, dan sikap saling permemusuhan. Sehubungan dengan menghargai orang lain, aku berusaha mencoba mendikotomikan tipe orang dalam hal ini yaitu:
- Orang yang tidak tahu bagaimana caranya memuji atau menghargai orang.
- Orang yang tidak mau memuji atau menghargai orang.
Orang-orang yang biasanya dibesarkan dalam rumah yang hampa pujian atau tanggapan positif dari orangtuanya. Akhirnya mereka hidup di dalam tuntutan sehingga tidak pernah atau jarang sekali mereka memenuhi tuntutan itu karena tidak mendapatkan tanggapan positif dari orangtuanya.
Dan mereka selalu melihat diri mereka sebagai orang yang tidak mempunyai keberhasilan, tidak pernah dipuji. Karena tidak pernah mendengarkan pujian, akhirnya tidak tahu bagaimana caranya memberikan pujian atau menghargai orang lain.Dari keluarga yang sama juga bisa muncul seseorang yang sebetulnya tahu bagaimana caranya memuji orang, tapi tidak mau melakukannya.
Kenapa? Sebab dia merasa dia pun dulu tidak pernah mendapatkan pujian atau penghargaan dari orang lain maka sekarang orang pun tidak akan mudah mendapatkan pujian atau penghargaan dari dia atau dia malu untuk menghargai karna tidak ingin kelihatan rendah di mata orang tersebut.
Namun sebenarnya mereka bisa belajar untuk menghargai orang lain, langkah satu-satunya adalah coba melihat perubahan atau kemajuan atau hal yang positif sekecil apa pun.
Ada satu alasan kenapa seseorang patut menerima pujian atau penghargaan yaitu orang itu telah berusaha.
Selain kita memberikan pujian dan penghargaan melalui kata-kata, ada hal yang memang tidak terungkapkan melalui kata-kata namun terbaca jelas adalah sikap hormat.
Sebenarnya banyak yang menjadi keuntungan jika imperium keegoisan telah terlepas belenggu dan menghargai orang lain sebagai “jawaban akhir”.
- Orang lain akan lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik.
- Orang lain akan lebih mau dekat dengan kita
- Orang tersebut nantinya juga akan lebih mudah menghargai orang lain pula, sebab mereka sudah menerimanya dari kita.
TAPI, "jika perbedaan dipaksa menjadi binatang yang jalang dan liar, maka KERETAKAN akan membuat kawah gunung yang terus menerus memancar asap hingga tersulut api".
Kata-kata ini bukanlah kesempurnaan penulis, bukan ingin menjadi menjual eksistensi parsial ataupun kesombongan internal diri namun penulis hanya merasakan alur angin dan kicauan burung gereja di sudut ruang..
Semoga maaf selalu ternganga dalam kebahagiaan
0 komentar:
Posting Komentar