Harga Diri, siapa yang bisa menilai, kita sendiri atau orang lain ? Dan berapa besaran nilainya, bisakah anda menyebutkan sebuah angka ?
Ketika seseorang mengalami sebuah peristiwa yang sangat mengusik kenyamanannya, terkadang tersulut amarah dengan mengatasnamakan harga diri. Mungkin juga bukan amarah secara langsung tapi amarah yang muncul karena rasa malu yang amat sangat. Tindakan yang muncul sangat beragam, mulai dari yang “ hanya “ mengeluarkan kata-kata yang menusuk perasaan sampai dengan tindakan anarkis sampai pembunuhan. Coba diingat kembali, berapa banyak nyawa melayang karena sebuah harga diri. Berapa banyak orang yang tersakiti perasaannya karena adanya perselisihan yang dipicu oleh harga diri. Berapa pula pertengkaran yang terjadi, entah antara seseorang dengan orang yang lain, orang tua dengan anaknya, pimpinan dengan anak buahnya, suami dengan istrinya dan masih banyak lagi yang lainnya,yang sekali lagi dipicu oleh sebuah harga diri.
Kalau dilihat per kata harga bisa diartikan sebagai sebuah nilai dalam wujud angka atau nominal yang bisa disebutkan jumlahnya. Sedangkan diri mengacu pada diri seseorang. Dan kata harga diri sudah menjadi kata majemuk yang tidak bisa dipisahkan dan mempunyai satu pengertian tersendiri. Dalam kamus bahasa Indonesia harga diri diartikan sebagai sebuah kesadaran tentang berapa besar nilai yang diberikan untuk dirinya sendiri. Tapi, sekali lagi adakah yang bisa menyebutkan nilainya ? Kalau memang bukan sebuah angka atau nominal, nilai seperti apa yang dijadikan sebagai dasar untuk mengatakan seseorang memiliki harga diri yang tinggi, sedang atau bahkan rendah ? Kalaulah jawabannya nilai-nilai dalam masyarakat, pertanyaannya, masyarakat yang mana ? Bukankah masyarakat itu terbagi dalam tingkatan umur, jenis pekerjaan, jenis kelamin dan sebagainya. Rumit, memang. Karena rumitnya itu saya berpikir bahwa sebenarnya tidak ada nilai yang bisa diwakili untuk menyatakan sebuah harga diri.
Ketika standard yang dipakai untuk menentukan kehormatan, martabat atau harga diri itu berasal dari manusia, yang muncul adalah sikap arogansi yang cenderung kepada sikap merendahkan orang lain atau bahkan merusak dan bisa mencelakakan diri sendiri dan atau orang lain. Sangat disayangkan bukan, jika hubungan yang baik bisa rusak hanya karena sebuah kata harga diri yang ternyata salah kaprah.
Kamis, 17 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar