Jumat, 11 Mei 2012

Sesuatu Yang Kamu Benci Bisa Jadi Baik Bagimu

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah:216).
Dalam ayat ini banyak tedapat hikmah, rahasia, dan kemaslahatan bagi manusia. Jika manusia mengetahui bahwa yang dibenci akan membawa kecintaan dan yang dicintainya akan membawa kebencian maka ia tidak takut menghadapi kesengsaraan dan tidak akan berputus asa jika dalam kemudahan terdapat sesuatu yang membahayakan yang tidak diketahuinya, sesungguhnya Allah mengetahui yang tidak diketahui manusia.
Di antara rahasia yang dapat diambil dari ayat diatas adalah:

Pertama, tidak ada sesuatu yng lebih bermanfaat daripada melaksanakan perintah walaupun itu pada awalnya sulit karena akibat dari melaksanakan perintah itu semuanya baik, seperti kegembiraan, kesenangan, dan kenikmatan walaupun jiwanya membencinya, tetapi hal itu akan membawa kebaikan dan manfaat. Sebaliknya tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya daripada melanggar larangan, jika hawa nafsunya senantiasa condong kepadanya. Akibat dari melanggar larangan adalah rasa sakit, kesedihan, kesengsaraan, dan musibah. Orang bijak akan mau menahan rasa sakit yang sedikit, tetapi membawa kenikmatan yang besar dan kebaikan yang banyak serta menjahui kenikmatan yang sedikit karena akan berakibat pada rasa sakit yang sangat dan kesesatan yang panjang.

Kedua, ayat ini mengajarkan bahwa manusia harus menyerahkan segala urusannya kepada Dzat yang mengetahui rahasia dibalik sesuatu, rela terhadap pilihan-Nya jika ia ingin mendapatkan kebahagiaan.

Ketiga, tidak mendikte Tuhannya, tidak memilih sesuatu tanpa meminta kepada-Nya untuk memilihkannya, dan tidak bertanya kepada-Nya sesuatu yang ia tidak punya pengetahuan tentangnya karena bisa jadi ia tidak tahu bahaya atau kesesatan apa yang ada di dalamnya. Ia juga tidak boleh memilih sesuka hatinya tanpa meminta-Nya untuk memilihkannya dan ia harus rela terhadap pilihan-Nya karena tidak ada yang lebih bermanfaat selain melaksanakan semua ini.

Keempat, jika ia menyerahkan pilihannya kepada Allah dan rela terhadap pilihan itu untuknya, lalu menerima pilihan itu dengan kekuatan dan kesabaran, niscaya Allah akan menjauhkan kesengsaraan itu darinya dan akan menunjukkan kebaikan kepadanya dibalik pilihan-Nya itu, yang tidak bisa ditunjukkan oleh orang lain selain-Nya.

Kelima, menentukan pilihan sungguh amat melelahkan pikiran dan menjadikan hati mereka-reka takdir dan ketetapan apa yang terjadi, padahal ia tidak tahu takdir apa yang akan diterimanya. Jika ia rela terhadap pilihan Allah maka ia akan mendapatkan takdir itu, yaitu kemuliaan, kebaikan, dan kelemahlembutan dari-Nya. Jika ia tidak rela maka akan ditakdirkan kepadanya kesengsaraan dan kekerasan karena ia mendasarkan pilihannya kepada hawa nafsunya sendiri. Jika penyerahannya dan keridhaannya itu tulus , niscaya Allah akan berbelas kasihan dan berlemah lembut kepadanya, sehingga ia akan berda di antara belas kasihan dan kelemahlembutan-Nya. Rasa belas kasihan akan menjganya dari apa yang ditakutkannya dan kelemahlembutan-Nya akan memudahkan dirinya menerima apa yang ditakdirkan-Nya.

Rasulullah bersabda:  
“Demi dzat yang jiwaku berada didalam kekuasaan-Nya, Allah tidak menetapkan sesuatu ketetapan (takdir) kepada seseorang hamba, kecuali jika itu lebih baik baginya. Hal demikian tu tidak terjadi, kecuali kepada orang yang beriman.” (HR. Imam Ahmad)
Disadur dari buku Al-Fawaid karya Ibn Qayyim al Jauziyah yang ditulis pada 11 Mei 2012 untuk memberikan ketenangan pada hati yang sedang gundah. Semoga bermanfaat bagi yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar