Senin, 28 Mei 2012

Kesiapanku menghadapi sebuah ketidakpastian

Melihat, mendengar, melakukan dan merasakan sebagai bukti eksistensimu di bumi yang dihinggapi miliaran jasad berjalan. Tetap ada, tetap didera pilihan arah.

Mengungkap semua rasa yang terpendam ataupun kekhawatiran terhadap sesuatu yang terlihat maupun tersirat. Itulah rasa dalam petikan perasaan. Siapapun pasti pernah mengalaminya dalam sebuah dimensi waktu tertentu.

Semua rasa tersimpan dalam otak yang dipenuhi banyak getah, Virus-virus itu dipaksa masuk namun hati terlamun menahan seperti sayatan yang tidak kunjung mendapat perawatan *sungguh hiperbol kata-kata ku ini, tapi biarlah.

Sebenarnya aku tidak masalah, sekonyong-konyong planet ini berubah membabi buta , kata siap yang terucap dari bibir ku ini, siap menawarkan kekalahan dan kemenangan,kebaikan dan keburukan , semua terasa wajar karena bagiku semua terasa hambar (hanya dalam arti intern).

Mungkin argumen tidak presisi ku ini menimbulkan sesuatu yang tidak jelas menjadi buran dan gelap. Aneh, ya begitulah.. sesuatu yang menguatkan itu, sungguh jauh disana, melihatnya tak bersua oleh pandangan dan nasihatnya tak terasa, mungkin jarak terlalu mendikotomikannya.

Merakit satu persatu keping-keping kekuatan tersisa, walau lama dan usang, namun itu yang ada kini, diterima apa adanya, ku selesaikan satu persatu rasa namun tercipta metamorfosis rasa yang aneh. Getaran hati tergerak berani dan teguh dengan apa yang ku pahami selama ini, ku teringat dengan kata-kata Maha

Pencipta “Nikmat apalagi yang telah kau dustakandari apa yang aku berikan” kata tafsir itu diulang-ulang dalam surat Ar-rahman. Tersentak, itulah yang kurasakan memahami kata itu, tapi itu menguatkan jiwa manusia, seperti telur yang akan meluncur ke jurang namun berkatnya batu menghalangi.

Kata orang bumi itu berputar, kalau kini “rasa dan perasaan itu berputar”, memang tabu untuk sebuah lelucon, sungguh wajar kawan..karena ku bukan topeng lucu yang bisa menghibur di pentas teater.

Ada yang aneh tidak? Apa tulisan pernyataanku di atas tidak koheren ya? Hahaha..(ungkapku)

Aku lebih suka bermain dengan kata "tersirat terhadap rasa, mencoba mengungkap rasa dalam sebuah rahasia, Nah tepatnya seperti itu! Bukan metodologi menjadi raja" (dalam aspek sempit).

0 komentar:

Posting Komentar