Selasa, 08 Mei 2012

Carilah Rezeki Dengan Tidak Menyakiti


Saya berkantor bergabung di instansi pemerintah, sebagai seorang konsultan individual. Dikantor ini terdapat seorang teman yang sudah cukup berumur, juga bekerja sebagai konsultan individual. Saya sebenarnya lebih menganggap beliau sebagai guru saya ketimbang teman. Cara beliau mengajarkan hidup dan pernak pernik hidup adalah cara seorang guru, bukan teman.

Pada suatu sore hari, seraya menanti datangnya waktu sholat ashar, saya dan beliau duduk di pantry (sejujurnya saya tidak tahu apa bahasa Indonesia untuk pantry) sambil ngobrol ngalor ngidul – kalo kata orang Jawa. Sambil menghisap dalam rokok filternya, dia bertanya kepada saya :
 “apakah menurut kamu (maaf) supir angkot bisa kaya?”.

Dari segi logika, tentulah sulit mengatakan iya, karenanya sayapun menjawab:
 “susah pak, dengan pola pekerjaan seperti itu”.

Lantas dia menjelaskan :
"sebenarnya, yang bikin supir angkot sulit kaya bukanlah pola kerjanya, atau cara kerjanya. Kenyataannya, pengemispun bisa kaya”.

Sayapun bertanya lagi “terus, apanya pak?”.

Dia menjawab:  
“Yang membuat supir angkot sulit kaya adalah pola pikirnya. Dia berkewajiban kejar setoran. Lantas dia pikir, cara paling efektif untuk dapat setoran adalah dengan ngetem. Tahukah kamu? Bahwa tindakan ngetem itu sebenarnya adalah tindakan egois yang melukai hati banyak orang. Dia melukai hati para pengguna jalan lainnya, hanya demi kepentingannya sendiri. Dia melukai hati para penumpangnya, hanya demi calon penumpang yang belum tentu dia dapatkan. Setiap rupiah yang diterimanya dengan tindakan itu, diterima dengan sumpah serapah, amarah dan luka hati orang lain. Dia percaya bahwa tindakannya itu akan mendatangkan rejeki baginya, padahal Allah lah yang mengatur segala sesuatu di bumi ini. Apakah Allah akan memberikan sesuatu yang lebih banyak, kalau yang sedikit saja dia harus melukai hati orang lain dan melukai kepercayaan kepada Allah. Padahal, jalankan saja angkotnya, Insya Allah rejeki akan tetap datang.”

Saya terdiam lama mendengar nasehat beliau, sambil bertanya “Sudahkah rejeki yang saya cari tidak menyakiti orang lain?”

0 komentar:

Posting Komentar